Sunday, April 10, 2016

Trip Lombok: Air Terjun Benang Sekotel dan Benang Kelambu



Setiap manusia memiliki semua sifat dalam dirinya. Punya ketakutan dan keberanian dalam kadarnya masing-masing. Aku tidak mudah mengecilkan yang lebih penakut dari aku. Atau mengagung-agungkan yang lebih berani dari aku. Nyatanya pasti ada saja orang yang lebih penakut dari aku dan pasti ada yang lebih pemberani dariku. Wajar saja, di atas langit masih ada langit.

Perjalananku bukan yang teristimewa, tidak juga biasa saja. Banyak yang jalannya lebih jauh dari aku dan pasti ada saja yang ngeri mendengar cerita perjalananku yang jauh. Dalam diriku sendiri masih merasa belum apa-apa, juga bukan siapa-siapa. Ya, mungkin aku berada di tengah-tengah kalian. Bisa jadi suatu saat nanti aku bisa lebih dari kalian yang sekarang jalannya sudah jauh. Atau malahan kalian yang sekarang masih penakut, suatu saat nanti jalannya bisa lebih jauh dari aku. Tidak masalah kan kalau aku bercerita tentang fase yang sedang aku lalui ini? Suatu saat kalian akan mengalami atau sudah mengalami.


Kemarin hari pertama di Lombok, masih berusaha meraba-raba jalan. Mencoba menegakkan badan dan memberanikan diri melangkah sendirian. Tapi hari kedua ini aku tidak mungkin melakukannya sendiri kalau target ingin dicapai. Aku ingin menyusuri Lombok bagian selatan. Yang konon katanya pantainya bagus-bagus. Tapi konon katanya juga berjalan sendiri kesana tidak baik, karena masalah keamanan.

Mulailah cari teman dan ketemu grup di facebook Lombok Backpacker. Eh, ternyata dari mereka ada juga yang mau jalan ke daerah Kuta. Tapi siang, paginya mereka mau ke air terjun Benang Sekotel dan Benang Kelambu dulu. Okelah, daripada aku jalan sendirian akhirnya ikut saja.

Kami berduabelas dengan enam motor berangkat dari rumah singgah. Dari kemarin jalan sendiri dan sekarang ramai, terasa berbeda. Apalagi dari berdua belas yang perempuan hanya dua. Aku dan satu kawan dari Jogja. Tidak masalah buatku mau jalan dengan laki-laki ataupun perempuan. Enaknya jalan dengan kawan laki-laki, akunya yang dijagain. Tapi kalau jalan sama kawan perempuan, akunya yang direpotin.

Air terjun  Benang Sekotel dan Benang Kelambu masih satu kawasan objek wisata. Letaknya tidak jauh dari Mataram. Paling cuma butuh satu jam untuk sampai lokasi. Jalan ke lokasi sudah beraspal dan mudah dijangkau walaupun ada beberapa yang sudah bolong-bolong. Aku sih santai saja karena tinggal bonceng.

Sampai di pintu gerbang bayar parkir dulu. Saat aku ke sana sudah ramai pengunjung. Banyak rombongan anak sekolah, semacam anak-anak yang lagi study tour. Parkiran motor pun ramai sekali. Kata teman, air terjun ini memang banyak dikunjungi warga lokal.

Setelah parkir kita harus jalan lagi untuk benar-benar sampai ke air terjunnya. Tiket masuk cuma Rp. 3.000,00. Dari pintu masuk jalan dulu ke air terjun Benang Sekotel baru setelah itu lanjut ke Benang Kelambu. Waktu tempuh menuju air terjun Benang Sekotel sekitar 15 menit. Jalannya sudah dibuat setapak berundak, naik turun, jadi mudah dilalui. Lumayan lah buat olahraga, cukup bikin keringat bercucuran.

Sampai di air terjun Benang Sekotel ramai pengunjung. Ada beberapa gasebo yang banyak diduduki pengunjung. Fasilitas MCK nya juga ada. Di air terjunnya juga banyak anak kecil yang mandi ataupun mainan air. Air terjun Benang Sekotel terdiri dari dua aliran air yang sama tingginya dan bersebelahan. Waktu aku kesitu aliran airnya tidak begitu deras, jadi aman buat main air.

Anak-anak lain sarapan dengan nasi rames yang dibeli di warung pinggir jalan. Aku sendirian sudah sarapan. Daripada ngelamun, bengong ngga ngapa-ngapain, aku keluarkan kamera. Cekrek sana-sini sambil nunggu anak-anak sarapan.

Puas di Benang Sekotel, perjalanan kami lanjutkan ke Benang Kelambu. Jalan menuju Benang Kelambu juga sudah dibuat jalan setapaknya. Mudah dilalui, dan lagi-lagi ramai pengunjung. Lebih ramai daripada Benang Sekotel malahan. Perjalanan ke Benang Kelambu lebih jauh, sekitar setengah jam sampai satu jam jalan kaki. Ada sih tukang ojek, dengan jalan mendaki menurun seperti itu, aku tidak tahu mengapa bisa ada ojek disitu.

Jujur, aku kewalahan karena kurang persiapan untuk jalan kaki. Alhasil, harus beberapa kali berhenti dan tertinggal dari rombongan. Apalagi aku berjalan dengan sepuluh laki-laki. Selangkah demi selangkah walau berat aku lalui. Sempat terpikir menyerah, masa iya mau kalah. Bukankah yang sudah dimulai harus selesai.

Dan deras suara gemericik air itu pun akhirnya terdengar. Leganya, padahal belum sampai. Semangat semakin terbakar walau kaki sudah ingin sekali terkapar. Iya, hayati lelah bang. Pas ada anak yang bilang, “Alhamdulillah sampai juga.” Aku celingukan, mana air terjunnya. 

Air terjun Benang Kelambu ini unik, benar-benar unik. Kalau air terjun pada umumnya, jelas sekali aliran airnya. Air terjun ini hampir tidak terlihat. Kok bisa? Soalnya aliran airnya tertutup pohon-pohon yang tumbuh di dinding tebingnya. Ini juga yang menyebabkan air terjun ini disebut Benang Kelambu. Karena seperti kain kelambu, itu loh kain yang menutupi tempat tidur. Aliran airnya lebar dan lembut seperti rintik hujan.

Di benang kelambu pengunjungnya lebih ramai dari benang sekotel. Jadi susah buat foto-foto. Nyesel? Ya, engga dong. Bukannya bahagia itu kita sendiri yang menentukan. Bukan orang lain, tempat, ataupun keadaan. Semuanya kembali ke pribadi masing-masing.

Fasilitas di Benang Kelambu cukup baik, banyak penjual makanan dan minuman juga sepanjang jalan. Walaupun masuk-masuk hutan, ngga usah takut jalan sudah dibentuk, ngga mungkin kesasar juga.

Sekian, perjalanan berlanjut ke pantai Mawun.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts