Setiap manusia memiliki semua
sifat dalam dirinya. Punya ketakutan dan keberanian dalam kadarnya
masing-masing. Aku tidak mudah mengecilkan yang lebih penakut dari aku. Atau
mengagung-agungkan yang lebih berani dari aku. Nyatanya pasti ada saja orang
yang lebih penakut dari aku dan pasti ada yang lebih pemberani dariku. Wajar
saja, di atas langit masih ada langit.
Perjalananku bukan yang
teristimewa, tidak juga biasa saja. Banyak yang jalannya lebih jauh dari aku
dan pasti ada saja yang ngeri mendengar cerita perjalananku yang jauh. Dalam
diriku sendiri masih merasa belum apa-apa, juga bukan siapa-siapa. Ya, mungkin
aku berada di tengah-tengah kalian. Bisa jadi suatu saat nanti aku bisa lebih
dari kalian yang sekarang jalannya sudah jauh. Atau malahan kalian yang
sekarang masih penakut, suatu saat nanti jalannya bisa lebih jauh dari aku.
Tidak masalah kan kalau aku bercerita tentang fase yang sedang aku lalui ini?
Suatu saat kalian akan mengalami atau sudah mengalami.
Kemarin hari pertama di Lombok,
masih berusaha meraba-raba jalan. Mencoba menegakkan badan dan memberanikan
diri melangkah sendirian. Tapi hari kedua ini aku tidak mungkin melakukannya
sendiri kalau target ingin dicapai. Aku ingin menyusuri Lombok bagian selatan.
Yang konon katanya pantainya bagus-bagus. Tapi konon katanya juga berjalan
sendiri kesana tidak baik, karena masalah keamanan.
Mulailah cari teman dan ketemu
grup di facebook Lombok Backpacker.
Eh, ternyata dari mereka ada juga yang mau jalan ke daerah Kuta. Tapi siang,
paginya mereka mau ke air terjun Benang Sekotel dan Benang Kelambu dulu.
Okelah, daripada aku jalan sendirian akhirnya ikut saja.
Kami berduabelas dengan enam
motor berangkat dari rumah singgah. Dari kemarin jalan sendiri dan sekarang ramai,
terasa berbeda. Apalagi dari berdua belas yang perempuan hanya dua. Aku dan
satu kawan dari Jogja. Tidak masalah buatku mau jalan dengan laki-laki ataupun
perempuan. Enaknya jalan dengan kawan laki-laki, akunya yang dijagain. Tapi
kalau jalan sama kawan perempuan, akunya yang direpotin.
Air terjun Benang Sekotel dan Benang Kelambu masih satu
kawasan objek wisata. Letaknya tidak jauh dari Mataram. Paling cuma butuh satu
jam untuk sampai lokasi. Jalan ke lokasi sudah beraspal dan mudah dijangkau
walaupun ada beberapa yang sudah bolong-bolong. Aku sih santai saja karena
tinggal bonceng.
Sampai di pintu gerbang bayar
parkir dulu. Saat aku ke sana sudah ramai pengunjung. Banyak rombongan anak
sekolah, semacam anak-anak yang lagi study tour. Parkiran motor pun ramai
sekali. Kata teman, air terjun ini memang banyak dikunjungi warga lokal.
Setelah parkir kita harus jalan
lagi untuk benar-benar sampai ke air terjunnya. Tiket masuk cuma Rp. 3.000,00. Dari
pintu masuk jalan dulu ke air terjun Benang Sekotel baru setelah itu lanjut ke
Benang Kelambu. Waktu tempuh menuju air terjun Benang Sekotel sekitar 15 menit.
Jalannya sudah dibuat setapak berundak, naik turun, jadi mudah dilalui. Lumayan
lah buat olahraga, cukup bikin keringat bercucuran.
Sampai di air terjun Benang
Sekotel ramai pengunjung. Ada beberapa gasebo yang banyak diduduki pengunjung.
Fasilitas MCK nya juga ada. Di air terjunnya juga banyak anak kecil yang mandi
ataupun mainan air. Air terjun Benang Sekotel terdiri dari dua aliran air yang
sama tingginya dan bersebelahan. Waktu aku kesitu aliran airnya tidak begitu deras,
jadi aman buat main air.
Anak-anak lain sarapan dengan
nasi rames yang dibeli di warung pinggir jalan. Aku sendirian sudah sarapan.
Daripada ngelamun, bengong ngga ngapa-ngapain, aku keluarkan kamera. Cekrek
sana-sini sambil nunggu anak-anak sarapan.
Puas di Benang Sekotel,
perjalanan kami lanjutkan ke Benang Kelambu. Jalan menuju Benang Kelambu juga
sudah dibuat jalan setapaknya. Mudah dilalui, dan lagi-lagi ramai pengunjung.
Lebih ramai daripada Benang Sekotel malahan. Perjalanan ke Benang Kelambu lebih
jauh, sekitar setengah jam sampai satu jam jalan kaki. Ada sih tukang ojek,
dengan jalan mendaki menurun seperti itu, aku tidak tahu mengapa bisa ada ojek
disitu.
Jujur, aku kewalahan karena
kurang persiapan untuk jalan kaki. Alhasil, harus beberapa kali berhenti dan
tertinggal dari rombongan. Apalagi aku berjalan dengan sepuluh laki-laki. Selangkah
demi selangkah walau berat aku lalui. Sempat terpikir menyerah, masa iya mau
kalah. Bukankah yang sudah dimulai harus selesai.
Dan deras suara gemericik air itu
pun akhirnya terdengar. Leganya, padahal belum sampai. Semangat semakin
terbakar walau kaki sudah ingin sekali terkapar. Iya, hayati lelah bang. Pas
ada anak yang bilang, “Alhamdulillah sampai juga.” Aku celingukan, mana air
terjunnya.
Air terjun Benang Kelambu ini
unik, benar-benar unik. Kalau air terjun pada umumnya, jelas sekali aliran
airnya. Air terjun ini hampir tidak terlihat. Kok bisa? Soalnya aliran airnya
tertutup pohon-pohon yang tumbuh di dinding tebingnya. Ini juga yang
menyebabkan air terjun ini disebut Benang Kelambu. Karena seperti kain kelambu,
itu loh kain yang menutupi tempat tidur. Aliran airnya lebar dan lembut seperti
rintik hujan.
Di benang kelambu pengunjungnya
lebih ramai dari benang sekotel. Jadi susah buat foto-foto. Nyesel? Ya, engga
dong. Bukannya bahagia itu kita sendiri yang menentukan. Bukan orang lain,
tempat, ataupun keadaan. Semuanya kembali ke pribadi masing-masing.
Fasilitas di Benang Kelambu cukup
baik, banyak penjual makanan dan minuman juga sepanjang jalan. Walaupun
masuk-masuk hutan, ngga usah takut jalan sudah dibentuk, ngga mungkin kesasar
juga.
Sekian, perjalanan berlanjut ke
pantai Mawun.
No comments:
Post a Comment
Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar