Friday, December 30, 2016

Bahayanya Membuat Resolusi Tahun Baru



Akhir tahun mulai terasa. Detik-detik tahun yang baru akan segera tiba. Sudahkah kalian punya resolusi untuk tahun yang akan datang?

Resolusi menurut KBBI sebenarnya berarti putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tt suatu hal. Intinya resolusi itu hasil dari sebuah rapat. Tapi kita jarang mendengar hasil sebuah rapat disebut sebagai resolusi.

Sering kali kita mendengar resolusi dalam bidang fotografi, yang berarti menunjukkan jumlah pixel dalam sebuah foto yang dicetak.

Sedangkan resolusi yang sering dibicarakan orang ketika akhir tahun maksudnya adalah harapan, cita-cita, atau hal-hal yang ingin dilakukan di tahun berikutnya.

Saya sendiri sudah lama tidak membuat resolusi tahun baru. Dulu saya sering melakukannya, menuliskannya di buku catatan atau diary. Bahkan saya tulis begitu detail. Apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa penghalangnya, bagaimana cara mengatasinya?


Sebenarnya saya melakukan itu karena mengikuti kata orang lain. Ya, mereka bilang kalau ingin sesuatu rencanakan, lakukan, dan dapatkan hasilnya. Tidak hanya satu-dua-tiga orang yang berkata seperti itu. Banyak. Ada yang bilang secara langsung, dari buku-buku yang saya baca, atau video/film yang saya lihat. Secara langsung atau tidak langsung hal itu berpengaruh ke alam bawah sadar saya.

Seolah-olah semua hal yang kita inginkan, impikan, dambakan, harapkan akan tercapai suatu hari nanti. Berbagai macam kata motivasi hilir mudik di kehidupan saya waktu itu. Kata-katanya mungkin beda, intinya sama saja.

Kenyataannya~~~

Iya, memang ada beberapa orang yang benar-benar melakukan prinsip itu dan berhasil. Dari nobody menjadi somebody. Berjuang terus, berusaha tanpa henti, jatuh bangkit lagi, dan pantang menyerah. Katanya, begitu kuncinya.

Tapi, tidak semua orang bisa mendapatkan itu semua. Bukan, mereka bukan orang yang putus asa. Bukan juga menyerah pasrah. Mereka selalu berjuang. Tanpa lelah, tanpa henti. Hanya saja, takdir memang menggariskan orang itu menjadi pribadi yang kuat menerima kekalahan. Dan tidak siap menerima kemenangan.

Kau belum paham juga?

Contohnya begini. Ada dua orang pelamar kerja. Si A ataupun si B sama-sama mengidam-idamkan pekerjaan itu. Si A sudah melamar ke perusahaan lain berkali-kali dan selalu gagal. Si B baru saja melamar di perusahaan itu dan langsung diterima. Apa yang salah dengan si A? Mengapa si B yang perjuangannya baru sedikit bisa langsung mendapatkan cita-citanya?

Cita-cita si A dan si B sama, tidak hanya untuk mereka berdua tapi mungkin ada ratusan orang yang menginginkan hal yang sama. Tuhan itu maha tahu segala hal. Dia tahu batas kemampuan umatnya. Dan memang Tuhan sengaja membuat B sukses lebih cepat. Karena bila dia sering menempuh kegagalan, dia tidak akan kuat. Sedangkan A dibiarkan gagal terus, karena kesuksesan untuknya bisa jadi petaka.

Harus ada orang gagal di dunia ini, agar yang lain bisa sukses. Mana bisa semua orang sukses tanpa ada yang gagal. Nyatanya, orang yang sukses bukanlah orang yang terbaik. Ada banyak cara mencapai kesuksesan, yang kotor, yang lewat jalan pintas, yang memanfaatkan peluang, dan masih banyak lagi yang lainnya. Salahkah kalau menghalalkan segala cara? Tidak, itu salah satu usaha untuk mendapatkan sesuatu. Mau yang jalan halal ataupun haram, dua-duanya butuh energi untuk melakukannya.

Mengejar cita-cita itu melelahkan. Apalagi bila cita-cita itu demi orang lain. Lelahnya berlipat-lipat. Banyak orang yang ukuran suksesnya menuruti standar orang lain atau kebanyakan orang. Padahal diri kita bukanlah orang lain. Kemampuan, pendidikan, keadaan fisik, keuangan, dan mental kita berbeda antara satu dan lainnya.

Kembali lagi soal resolusi ataupun harapan di tahun baru. Resolusi yang saya buat beberapa tahun lalu ada yang menjadi nyata, ada yang tidak. Yang terwujud memang memiliki peluang untuk terjadi. Yang tidak terwujud karena itu bukan keberuntungan saya saja.

Saya sudah lama tidak membuat resolusi, mungkin sudah sekitar lima tahun yang lalu. Yang saya lakukan sekarang hanya fokus dengan apa yang saya lakukan. Dan mempersiapkan diri apapun yang akan saya hadapi nantinya. Kalau saya sukses, saya harus siap dengan konsekuensi sombongnya kesuksesan. Kalau saya kalah, saya siap menerimanya, memperbaikinya, atau mencari hal lain saja yang benar-benar bisa saya lakukan.

Realistis saja.

Bagaimana dengan kalian? Sudah pernahkan resolusi kalian terwujud. Atau hanya sekedar kata-kata. Tidak ada mimpi yang benar-benar terwujud bila semesta tidak merestuinya. Sekeras apapun usahamu. Lebih baik melakukan yang terbaik di posisimu yang sekarang.

Mimpi itu murah. Penghalangnya yang mahal. Banyak hal yang harus dikorbankan hanya untuk satu nafsu menggapai mimpi. Ketika membuatnya memang terasa mudah. Apalagi dengan membayangkan yang indah-indah.

Tapi ketika sebuah mimpi itu akan mencoba dicapai, banyak sekali kepentingan yang menyertai. Restu orang tua, keadaan fisik, agama, suku, golongan, pemahaman, keuangan, pendidikan, pasangan. Dan semakin tinggi mimpi semakin banyak juga penghalangnya.

Setelah bersusah payah berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tentu ada harapan mimpi itu segera terwujud. Hasil sesuai harapan yang selalu diidam-idamkan. Bila tidak tercapai bagaimana? Kecewa pasti ada, siapkah menghadapi kekecewaan itu?

Punya mimpi atau pun tidak sama-sama melelahkan. Sudah lelah berusaha, memikirkannya, setelah gagal harus lelah dengan kecewa. Belum lagi hari-hari kita harus digerogoti pikiran-pikiran yang tidak penting. Itulah kenapa sebaiknya tidak usah membuat resolusi untuk tahun yang akan datang. Fokus saja dengan apa yang sedang dikerjakan. Masalah keberhasilan anggap saja bonus.

Sudah saatnya kamu bebaskan pikiranmu. Tidak perlu memenjarakannya hanya untuk resolusi babibubebo. Jangan membuatnya sakit hanya untuk memenuhi harapan yang belum tentu pasti. Apalagi harus terluka karena harapan orang. Rawat pikiranmu demi hidupmu sendiri dengan tidak lagi membuat resolusi.


NB: Tulisan ini diikutsertakan pada #Tantangannulis dari Depok Menulis

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts