Monday, October 3, 2016

Mengeluh Di Hari Senin, Berarti Kamu Mengkhianati Nikmat Tuhan



Aku tidak tahu sebenarnya hari pertama itu apa? Senin yang memulai aktifitas formal. Selasa yang masih terasa malas. Rabu yang selalu diburu waktu. Kamis yang penuh optimis. Jumat menjelang akhir pekan. Sabtu kelabu karena tak ada yang bertamu. Atau minggu, hari yang katanya ditunggu?

Seperti mesin, sekali pencet jalannya akan sama semua. Semua berbaris rapi mengikuti komando. Disuruh ke kiri, ke kiri semua. Hitam, hitam semua. Bila satu tak sama, kena bully yang lainnya. Apa kalian tidak bosan dengan keberaturan? Ataukah hanya takut dianggap beda.

Aku tidak tahu siapa yang mengajari bahwa senin adalah awal penderitaan. Menjadikan moment mengeluh berjamaah, yang lain harus meng-aamiin-i. Hukumnya fardu ‘ain. Bila tidak diikuti akan mendapat dosa seumur mati.


Mungkin aku yang sekarang memang tidak mengenal hari. Mau apa saja namanya, semua terasa sama. Tidak ada lagi penggolongan akhir pekan berarti sabtu minggu. Jangankan tentang hari, jam kerja pun tak pernah pasti. Tidak ada sistem libur, apalagi lembur. Yang aku kenal hanya menuliskan apapun itu yang meresahkan pikiran.

Susah memang mengenalkan sesuatu yang tidak semua orang rasakan. Ditertawai, dianggap mengada-ada, sampai diteriaki gila sering aku rasa. Aku menuliskan ini karena pernah menjadi bagiannya dan sekarang sudah tidak lagi. Menjadi orang kebanyakan, yang hidupnya cuma itu-itu saja. Membosankan.

Di posisiku yang sekarang, aku bisa melihat hanya orang luar biasa yang bertahan dengan kebosanan. Tidak tanggung-tanggung, bertahannya bisa sampai bertahun-tahun. Sudah tahu apa yang akan dilakukan besok. Tapi tetap saja tidak tahu bagaimana menghadapinya. Yang ada hanya bisa mengulur waktu, berputar-putar di situ. Atau pura-pura tidak tahu.

Dari posisiku sekarang, aku juga melihat apa yang mereka syukuri hanya basa-basi. Bilangnya sih bersyukur tapi dalam hati meneriaki, “SUKURRRR!”. Bagaimana tidak, hanya baru menyadari besok senin saja sudah mengeluh. Mengeluhmu itu penuh angkuh. Rasanya pengin menampar, hai, kamu manusia tidak tahu diri.

Rutinitas memang membosankan, lebih membosankan lagi yang tidak punya rutinitas. Mengeluhkan rutinitas sama saja sedang pamer. Menertawakan yang tidak punya rutinitas. Nikmat mana lagi yang kamu khianati? Lupa diri, merasa paling menderita sedunia. Sesungguhnya kebosanan adalah kenikmatan paling nikmat. Bila bosannya karena kegiatan.

Beruntunglah kamu, Tuhanmu bukan aku. Kalian pikir Tuhan tidak pusing membuat kalian terus bergerak melakukan sesuatu. Andai Tuhan mengabulkan setiap katamu saat mengeluh. Mencabut segala keluhanmu, apa kalian bisa bahagia tanpa bosan? Bahagialah dengan kebosanan. Sesungguhnya mengeluhkan hari senin, sama saja mengkhianati nikmat Tuhan.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts