Monday, June 18, 2012

14 Mei 2012


Malam ini aku sedang di kamar mempersiapkan hari esok. Seperti biasa kamar jadi berasa sempit kalau kaya gini. Semua barang ada dimana-mana. Seolah-olah isi lemari keluar semua. Aku mengambil buku agendaku yang sengaja ku pilih penuh warna supaya senang menulis dan membacanya.

Hufh, ku hela nafas. Banyak yang harus kulakukan dalam waktu dekat ini. Terutama besok. Oke, berarti sekarang waktunya mberesin kamar sebelum tembok kamar roboh membendung barang yang berantakan ini. Selesai semuanya. Aku membaringkan badan ku di tempat tidur yang sudah siap membawa ku ke alam mimpi.

Untung malam ini tidur ku berkualitas. Aku bangun dengan semangatnya untuk hari ini. Aku mencuci muka ku agar lebih segar. Sesuai dengan agenda, aku merendam baju kotor ku yang sudah menggunung di tempat cucian. 
"Mah, detergennya dimana?"
"Udah habis, kamu beli sana", jawab Mamah sambil sibuk dengan pekerjaan paginya.

Aku pergi ke warung yang selisih 3 rumah dari rumah ku dengan mata yang sayup-sayup. Walaupun sudah cuci muka. Selesai beli detergen aku masuk ke rumah dengan perasaan aneh. Entah apa, tapi perasaanku tidak enak. Belum sempat aku menuangkan detergen ke rendaman ku, aku keluar rumah untuk memastikan persaaanku. Baru sampai ruang tengah keluarga ku, mata ku terbuka lebar melihat sudut lemari yang sudah kosong tak ada penghuninya.

Laptopku ilang. Aku tak percaya. Aku memastikan bahwa ini tidak nyata.
"Mah, mamah tau laptopku dimana?" tanyaku dengan nada panik.
"Ya ditempatnya", jawab Mamah santai.
"Ga ada Mah", aku makin panik.
"Dicari dulu, dikamarmu kali."
Aku berlari ke kamar ku dengan harapan luar biasa, semoga ada. Tapi tak ada. Aku berlari lagi ke ruangan lain, ke ruang tamu, ke kamar adik ku, ke semua ruangan. Tidak ada!

Aku keluar rumah mencari Bapak ku. Tak ada. Ku kirim pesan ke Bapakku untuk segera pulang. Baru terkirim Bapakku sudah pulang. Dan ku ceritakan semuanya. Pikiranku kacau, ga tau harus ngapain. Mamah mencoba menenangkanku. Bapak mencoba mencari bantuan ke tetangga sebelah. Aku mencoba tenang dan mengingat-ingat apa yang terjadi.

Malam itu aku masih bersama laptopku. Mengetik beberapa lamaran yang harusnya aku kirim hari ini. Menyelesaikan cerpenku yang harusnya aku kirim hari ini. Menyusun bisnis plan supaya saat lamaran kerja ku tidak kunjung diterima aku akan mencoba berbisnis.
Aku masih bisa mengingat setelah mematikan laptopku aku menutupnya dan mencabut charger. Aku masih ingat di lemari yang dua tingkat itu, di atas ada sepasang speaker. Di bawahnya ada laptop yang masih di atas kipas laptop. Di sebelah kirinya ada charger, modem, dan flasdisk. Di sebelah kanan ada baterai laptop yang sengaja aku lepas dari laptopnya.
Dan aku masih ingat sebelum ke warung aku masih melihatnya utuh di tempatnya. Bahkan aku sempat punya niatan mau menyalakan musik sambil mencuci nanti.
Aku memperhatikan baik-baik lemari itu. Tak ada yang hilang selain laptopnya. Iya, hanya laptop. Charger, flasdisk, modem, kipas laptop, speaker, dan baterai masih ada semua. Bahkan kipas laptop yang aku yakin belum aku lepas dari laptopku tidak diambil. Apa yang terjadi dengan Si Maling? Mengapa dia hanya mengambil laptopnya? Apa dia panik, karena tau waktunya hanya sedikit? Apa dia tidak tahu laptop, jadi menganggap tidak penting membawa charger/baterai?
Waktunya sangat singkat. Jarak antara rumahku dengan warung hanya beberapa meter saja. Laptopku pun didalam rumah. Dapat disimpulkan Si Maling adalah orang dekat. Dan dia sudah memperhatikanku sejak lama. Aku pun mencoba mengingat lagi siapa kira-kira orang itu.
Rumahku bisa dibilang jarang disinggahi orang lain. Apalagi sampai masuk ke ruang tengah. Tapi dalam minggu-minggu ini ada beberapa tetanggaku yang main ke rumah, sekedar main saja. Aku mencoba mengingat siapa saja mereka.
Aku mencoba mengingat siapa saja yang aku temui dalam perjalanan ke warung. Dia, dia, dia, dia. Mungkinkah itu dia. Dia yang kulihat menyapu di depan rumahnya saat aku akan ke warung. Dia yang memakai baju pink. Dia yang rumahnya sebelah utara rumahku, yang hanya ada toko roti antara rumahnya dan rumahku.
Oh, Tuhan. Mengapa dia melakukan ini kepadaku? Salah apa aku kepadanya? Pernahkah aku menyakitinya? Sehingga dia begitu dendam ingin menghancurkan hidupku. Apa yang ada di dalam pikirannya sehingga dia begitu tega melakukan itu? Uangkah? Aku tau secara ekonomi dia jauh di bawahku. Pendidikannya pun hanya lulus SD. Tapi mengapa aku sasarannya? Mengapa bukan orang lain saja?

Setelah semuanya terjadi, semua agendaku hari itu hancur seketika. Mencuci pun aku tak bersemangat. Malahan ingin rasanya tidak mencuci. Kalau persediaan bajuku masih ada mungkin aku tak akan melakukannnya. Harusnya hari ini aku mengirim 5 lamaran. Harusnya hari ini aku mengirim cerpenku. Harusnya hari ini aku ke kampus melihat pameran foto adik angkatanku. Harusnya, harusnya, harusnya, itu semua harusnya. Nyatanya aku sekarang sedang lemas melihat lemari yang kosong ditinggal penghuninya.

Teringat dulu bagaimana aku bisa mendapatkan laptop itu. Bagaimana aku tetap bertahan walau harus kuliah sambil bekerja. Koin demi koin aku kumpulkan. Hampir setiap hari aku berangkat jam 7 pulang jam 10 malam. Hampir setiap hari aku makan hanya 2 kali sehari. Dua setengah tahun aku naik sepeda ke kampus supaya irit ongkos bensin. Tapi aku tetap menjaga IPK aku supaya tetap dapat beasiswa. Berbagai pekerjaan pun aku lakoni. Walau sibuk aku tetap aktif berorganisasi kampus.

Laptop itu sudah banyak sekali memberi kenangan. Dari perjuangan mendapatkannya, menemani masa-masa pengangguranku, sampai dia yang berbaju pink mengambilnya. Ada perjuangan, kerja keras, keringat, air mata, tawa, tangis, fotoku, karyaku, harapanku, cita-citaku. Semua. Semua yang tidak pernah kamu rasakan, hai kamu yang berbaju pink!

Tapi aku sadar ini jalan hidupku. Dan kamu yang berbaju pink, aku takkan menuntutmu untuk saat ini. Saat dulu aku tak punya laptop aku berjuang keras sekali untuk mendapatkannya. Saat aku sudah mendapatkannya aku malahan bersantai-santai. Kini, saat semuanya sudah tak ada lagi aku tau apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkannya lagi.

Dan kamu, mungkin laptopku lebih berguna untuk mu. Dan aku yakin suatu saat nanti aku bisa mendapatkan yang lebih baik dari itu. Terima kasih sudah memberiku pelajaran yang berarti dalam hidup ini.

No comments:

Post a Comment

Terimakasih sudah membaca, silahkan berkomentar

Translate

Popular Posts